Minggu, 11 September 2011

Sepenggal awal kehidupan

Januari  1993
Ketika mengikuti Penataran Sumber Belajar  dan    Penguji Praktek alias SBPP

“Harus diserahkan kemana ya fotonya?” tanyaku pada panitia
“Oh, foto pendaftaran ya bu? Ke ruang panitia aja bu , ada panitianya nanti”, jawab panitia itu padaku..
“Terima kasih pak”
Ketemui seseorang di ruang panitia dan kuserahkan foto itu, dia terima tanpa kata2, dan saya pun berlalu begitu saja

“Diserahkan ke siapa tadi fotonya?” Tanya peserta lain kepadaku
“Itu…. Ke panitia di ruang panitia, Laki-laki yang rambutnya banyak ubannya tapi tampangnya sih  masih kelihatan muda,” jawabku. Sambil mengingat crri-ciri laki-laki tadi yang menerima foto pendaftaran.

Setahun kemudian….
Saat sedang istirahat dan berbincang dengan teman-temanku di ruang sekretariat, seorang bertanya,
“Bener gak sih mas Agus sudah putus sama dia? Gimana sih ceritanya?” Tanya dia ke bu Nining temanku
“Iya, katanya sih begitu…, katanya pacarnya dijodohin bapaknya dengan orang lain, sampai kabur juga..”
“ O.. yaa?”, tanya dia lagi.
Aku bener-bener  gak ngerti apa sih yang dibicarakan?
Merasa gak enak mendengarkan sesuatu yang tidak kita tahu apalagi orang itu juga gak kita kenal kupikir lebih baik aku menyingkir saja.
“Bu Ning, saya ke kelas dulu ya…” pamitku… tanpa perlu tahu kelanjutan obrolan mereka.

Seharian di laboratorium menghadapi  sekian banyak mahasiswa dengan berbagai permasalahan membuatku sedikit penat, Alhamdulillah suara azan memanggil, membuatku punya alasan untuk menyegarkan tubuh dan fikiranku dengan air wudhu.
Ketika aku keluar dari kamar mandi seusai berwudhu, kulihat seseorang sedang mencium tangan Bapak Direktur.Heran dan kagum aku melihat hal itu. Siapa ya laki-laki itu tanyaku dalam hati. Boleh juga nih, masih ada ya laki-laki sopan kayak gitu..
akh..kok dipikirin… sholat dulu… kata hatiku sambil lanjut ke dalam mushola.

Lima bulan kemudian…
Setiap hari kulalui kehidupanku dari pagi hingga sore hari dengan mengajar dan dilanjutkan  sore hari hingga malam hari dengan kuliah. Mengajar dan belajar di satu tempat sebagai upaya untuk  melanjutkan pendidikanku dan meningkatkan kualitas  dan kuantitas wawasanku.  Hingga suatu malam selesai aktivitas kuliah seorang teman dosen, bu Eni namanya bertanya,
“Wah bu, sudah malam nih, sudah waktunya pulang, pulang dengan siapa bu? “
“ Ya sendiri  bu, naik beca, seperti biasa” jawabku.
“Jangan, sudah malam, mending dianter aja ya?” katanya
“Lho, dianter siapa bu? Ibu ini ada-ada saja” kataku.
“ Sebentar, yuk .. ikut saya” katanya.
Lalu digandengnya tanganku dibawanya ke lobi, dan disana kulihat seorang laki-laki yang kulihat dulu mencium tangan bapak Direktur. 
“Mas… bisa anter  ibu Yati gak ? Sudah malam soalnya” kata bu Eni pada laki-laki itu…
“Bisa bu…” katanya

“Lho..bu, saya pulang sendiri gak papa kok, gak enak ngrepotin si Mas, “ kataku dengan gak enak hati.
“Ini, mas Agus, bu. Mas.. Ini.. bu yati, dosen disini” bu Eni malah mengenalkan kami.
“Gak papa Bu, saya juga kebetulan mau pulang, mari saya antarkan pulang” kata mas Agus kepadaku.
“Wah.. terima kasih ya… sebenarnya saya sudah biasa kok pulang naik beca, “ kataku tetep gak enak hati sambil menimbang-nimbang, terima ajakannya gak ya?
“Gak papa kok bu, mas Agus ini orang sini juga kok, tadinya kuliah dan mengajar di sini juga, terus pindah ke Serang. Sekarang balik ke Cirebon lagi..,” jelas Bu Eni kepadaku.
Mendengar penjelasan bu Eni dan kesan baik yang kutangkap dulu, akhirnya kutrima tawarannya.
Tawaran yang  akhirnya diberikan mas Agus setiap hari dan herannya setiap hari kuterima juga….hehehe

Akhirnya obrolan berpanjang-panjang    menghiasi  pertemuan kami.Setiap hari akhirnya bertemu,  kami bisa ngobrol panjang lebar mengenai apapun, tak pernah kehabisan kata-kata, bicara mengenai pekerjaan, tentang minat dan kegiatan kami, tentang politik dan macam-macam. Semua itu menjadikan kami saling mengenal pribadi kami masing-masing.

Suatu hari dia berkata “Nona, mau gak jadi istri saya. Saat ini saya hanya ingin mencari seorang istri untuk mendampingi hidup saya, seseorang yang saya cintai, dan bukan sekedar mencari  pacar”
Waw…. Dag dig dug ser dong mendengar kata-katanya. Bener gak sih? Apakah dia laki-laki yang tepat untukku.Tapi kalau mendengar informasi tentang dia dari teman-temanku,  cara dia ngobrol , rasanya cukuplah alasanku menerima dia… apalagi baru kali ini hanya dia satu-satunya yang mengungkapkan perasaannya secara langsung tidak seperti  beberapa orang sebelumnya yang hanya berani mengatakannya dalam bentuk surat.  Dan juga  karena kehadirannya yang bisa diterima keluargaku saat dia mengantarku pulang, tanpa protes adik-adikku seperti  protes  dan kerewelan mereka ketika beberapa teman laki-laki datang ke rumahku, juga penerimaan papi atas kehadirannya satu hal yang berbeda karena biasanya papi sangat ketat memproteksiku untuk hal yang satu ini...ataukah karena  perasaanku yang nyaman ketika ngobrol dengan dia… yang membuatku menerima ungkapan perasaannya…. Wow!!  rasanya berbunga-bunga saat itu…..

Suatu hari, kutemukan sebuah disket di ruang kerja mas Agus dengan label nama adikku, Ani Nurlaila Zamzam,
“Lho…. A, kok disket Nona ada disini? Disket ini kan sudah hilang lebih dari setahun yang lalu?, sudah dicari-cari gak ketemu, kok bisa ada sama Aa sih?" tanyaku.
“Lho emang itu punya Nona?” tanyanya
“Lha.. iya ini tertulis nama Ela, adik Nona, tuh kan namanya juga Zamzam, dulu waktu SBPP pernah dipinjem panitia..terus gak tahu kemana, waktu ditanya katanya sudah dikembalikan tapi Nona gak merasa menerima, malah ada di sini?”
“Ya memang ada disini, Aa dapat waktu SBPP dulu , gak ada yang ngaku ya… udah disimpan aja di bawa kesini…”
“Lucu sih A…, kok disketnya dulu yang dibawa baru orangnya?” kata ku merasa takjub dan heran
”Yah itulah…, namanya Jodoh… “ kata Mas Agus sambil senyum-senyum, jodoh yang Allah pilihkan untukku yang menjadi suamiku pada bulan Mei 1996.

Jodoh seperti halnya mati, hanya Allah yang tahu… yang dengan caranya yang indah yang mempersatukan dua orang  yang sebelumnya tidak saling mengenal… bisa saling memberi dan melengkapi…  ternyata laki-laki yang rambutnya sebagian besar sudah beruban walaupun hanya berbeda satu tahun denganku, laki-laki yang telah membuatku terkesan saat mencium tangan bapak Direktur, dan laki-laki yang dibicarakan dua orang temanku yang baru putus dari pacarnya adalah juga laki-laki yang Allah siapkan untuk menjadi jodohku… laki-laki yang akhirnya menjadi  ayah dari dua orang anak lelakiku, semoga dia akan selalu menjadi imam dalam keluargaku, membimbingku dan anak-anakku dalam jalan Islam, yang bertanggung jawab mencukupi kehidupanku dan pendidikan anak-anakku…yang dapat menerima segala kekuranganku... yang membawa kami dalam kebahagiaan untuk mewujudkan impian setiap keluarga menjadi keluarga yang sakinah ma waddah wa rohmah … Semoga Allah senantiasa  menjaga hati kami saat segala cobaan dan rintangan mewarnai kehidupan dan perjalanan cinta kami semua itu dikarenakan cinta kami kepada-Mu ya Allah amiin… yaa rabbal alamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar