Januari 1993
Ketika mengikuti Penataran Sumber Belajar dan Penguji Praktek alias SBPP
“Harus diserahkan kemana ya fotonya?” tanyaku pada panitia
“Oh, foto pendaftaran ya bu? Ke ruang panitia aja bu , ada panitianya nanti”, jawab panitia itu padaku..
“Terima kasih pak”
Ketemui seseorang di ruang panitia dan kuserahkan foto itu, dia terima tanpa kata2, dan saya pun berlalu begitu saja
“Diserahkan ke siapa tadi fotonya?” Tanya peserta lain kepadaku
“Itu….
Ke panitia di ruang panitia, Laki-laki yang rambutnya banyak ubannya
tapi tampangnya sih masih kelihatan muda,” jawabku. Sambil mengingat
crri-ciri laki-laki tadi yang menerima foto pendaftaran.
Setahun kemudian….
Saat
sedang istirahat dan berbincang dengan teman-temanku di ruang
sekretariat, seorang bertanya,
“Bener gak sih mas Agus sudah putus sama
dia? Gimana sih ceritanya?” Tanya dia ke bu Nining temanku
“Iya,
katanya sih begitu…, katanya pacarnya dijodohin bapaknya dengan orang
lain, sampai kabur juga..”
“ O.. yaa?”, tanya dia lagi.
Aku
bener-bener gak ngerti apa sih yang dibicarakan?
Merasa gak enak
mendengarkan sesuatu yang tidak kita tahu apalagi orang itu juga gak
kita kenal kupikir lebih baik aku menyingkir saja.
“Bu Ning, saya ke
kelas dulu ya…” pamitku… tanpa perlu tahu kelanjutan obrolan mereka.
Seharian
di laboratorium menghadapi sekian banyak mahasiswa dengan berbagai
permasalahan membuatku sedikit penat, Alhamdulillah suara azan
memanggil, membuatku punya alasan untuk menyegarkan tubuh dan fikiranku
dengan air wudhu.
Ketika aku keluar dari kamar mandi seusai berwudhu,
kulihat seseorang sedang mencium tangan Bapak Direktur.Heran dan kagum aku melihat hal itu. Siapa ya laki-laki itu tanyaku dalam hati. Boleh juga nih, masih ada ya laki-laki sopan kayak gitu..
akh..kok
dipikirin… sholat dulu… kata hatiku sambil lanjut ke dalam mushola.
Lima bulan kemudian…
Setiap hari
kulalui kehidupanku dari pagi hingga sore hari dengan mengajar dan
dilanjutkan sore hari hingga malam hari dengan kuliah. Mengajar dan belajar di satu tempat sebagai
upaya untuk melanjutkan pendidikanku dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas wawasanku. Hingga suatu malam selesai aktivitas kuliah
seorang teman dosen, bu Eni namanya bertanya,
“Wah bu, sudah malam nih,
sudah waktunya pulang, pulang dengan siapa bu? “
“ Ya sendiri bu, naik
beca, seperti biasa” jawabku.
“Jangan, sudah malam, mending dianter aja
ya?” katanya
“Lho, dianter siapa bu? Ibu ini ada-ada saja” kataku.
“
Sebentar, yuk .. ikut saya” katanya.
Lalu digandengnya tanganku
dibawanya ke lobi, dan disana kulihat seorang laki-laki yang kulihat
dulu mencium tangan bapak Direktur.
“Mas… bisa anter ibu Yati gak ?
Sudah malam soalnya” kata bu Eni pada laki-laki itu…
“Bisa bu…” katanya
“Lho..bu, saya pulang sendiri gak papa kok, gak enak ngrepotin si Mas, “ kataku dengan gak enak hati.
“Ini, mas Agus, bu. Mas.. Ini.. bu yati, dosen disini” bu Eni malah mengenalkan kami.
“Gak papa Bu, saya juga kebetulan mau pulang, mari saya antarkan pulang” kata mas Agus kepadaku.
“Wah..
terima kasih ya… sebenarnya saya sudah biasa kok pulang naik beca, “
kataku tetep gak enak hati sambil menimbang-nimbang, terima ajakannya gak ya?
“Gak
papa kok bu, mas Agus ini orang sini juga kok, tadinya kuliah dan
mengajar di sini juga, terus pindah ke Serang. Sekarang balik ke Cirebon
lagi..,” jelas Bu Eni kepadaku.
Mendengar penjelasan bu Eni dan kesan
baik yang kutangkap dulu, akhirnya kutrima tawarannya.
Tawaran yang
akhirnya diberikan mas Agus setiap hari dan herannya setiap hari kuterima juga….hehehe
Akhirnya obrolan berpanjang-panjang menghiasi pertemuan kami.Setiap
hari akhirnya bertemu, kami bisa ngobrol panjang lebar mengenai apapun,
tak pernah kehabisan kata-kata, bicara mengenai pekerjaan, tentang
minat dan kegiatan kami, tentang politik dan macam-macam. Semua itu
menjadikan kami saling mengenal pribadi kami masing-masing.
Suatu hari
dia berkata “Nona, mau gak jadi istri saya. Saat ini saya hanya ingin
mencari seorang istri untuk mendampingi hidup saya, seseorang yang saya
cintai, dan bukan sekedar mencari pacar”
Waw…. Dag dig dug ser dong
mendengar kata-katanya. Bener gak sih? Apakah dia laki-laki yang tepat
untukku.Tapi kalau mendengar informasi tentang dia dari
teman-temanku, cara dia ngobrol , rasanya cukuplah alasanku menerima
dia… apalagi baru kali ini hanya dia satu-satunya yang mengungkapkan
perasaannya secara langsung tidak seperti beberapa orang sebelumnya
yang hanya berani mengatakannya dalam bentuk surat. Dan juga karena
kehadirannya yang bisa diterima keluargaku saat dia mengantarku pulang,
tanpa protes adik-adikku seperti protes dan kerewelan mereka ketika
beberapa teman laki-laki datang ke rumahku, juga penerimaan papi atas
kehadirannya satu hal yang berbeda karena biasanya papi sangat ketat
memproteksiku untuk hal yang satu ini...ataukah karena perasaanku yang
nyaman ketika ngobrol dengan dia… yang membuatku menerima ungkapan
perasaannya…. Wow!! rasanya berbunga-bunga saat itu…..
Suatu
hari, kutemukan sebuah disket di ruang kerja mas Agus dengan label nama
adikku, Ani Nurlaila Zamzam,
“Lho…. A, kok disket Nona ada disini?
Disket ini kan sudah hilang lebih dari setahun yang lalu?, sudah
dicari-cari gak ketemu, kok bisa ada sama Aa sih?" tanyaku.
“Lho emang
itu punya Nona?” tanyanya
“Lha.. iya ini tertulis nama Ela, adik Nona,
tuh kan namanya juga Zamzam, dulu waktu SBPP pernah dipinjem
panitia..terus gak tahu kemana, waktu ditanya katanya sudah dikembalikan
tapi Nona gak merasa menerima, malah ada di sini?”
“Ya memang ada
disini, Aa dapat waktu SBPP dulu , gak ada yang ngaku ya… udah disimpan
aja di bawa kesini…”
“Lucu sih A…, kok disketnya dulu yang dibawa baru
orangnya?” kata ku merasa takjub dan heran
”Yah itulah…, namanya Jodoh…
“ kata Mas Agus sambil senyum-senyum, jodoh yang Allah pilihkan untukku
yang menjadi suamiku pada bulan Mei 1996.
Jodoh seperti halnya mati, hanya Allah yang tahu… yang dengan caranya
yang indah yang mempersatukan dua orang yang sebelumnya tidak saling
mengenal… bisa saling memberi dan melengkapi… ternyata laki-laki yang
rambutnya sebagian besar sudah beruban walaupun hanya berbeda satu tahun
denganku, laki-laki yang telah membuatku terkesan saat mencium tangan
bapak Direktur, dan laki-laki yang dibicarakan dua orang temanku yang
baru putus dari pacarnya adalah juga laki-laki yang Allah siapkan untuk
menjadi jodohku… laki-laki yang akhirnya menjadi ayah dari dua orang
anak lelakiku, semoga dia akan selalu menjadi imam dalam keluargaku,
membimbingku dan anak-anakku dalam jalan Islam, yang bertanggung jawab
mencukupi kehidupanku dan pendidikan anak-anakku…yang dapat menerima
segala kekuranganku... yang membawa kami dalam kebahagiaan untuk
mewujudkan impian setiap keluarga menjadi keluarga yang sakinah ma
waddah wa rohmah … Semoga Allah senantiasa menjaga hati kami saat
segala cobaan dan rintangan mewarnai kehidupan dan perjalanan cinta kami
semua itu dikarenakan cinta kami kepada-Mu ya Allah amiin… yaa rabbal
alamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar