Pelita kehidupan sangat dibutuhkan siapapun yang membutuhkan hidup yang berkualitas, terarah dan mempunyai tujuan yang jelas, bukan sekedar pelita secara harfiah melainkan pelita jiwa yang lebih bermakna sehingga kehidupannya dapat lebih dirasa manfaatnya tidak hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi orang-orang yang dicintainya dan kalau bisa bagi masyarakat disekitarnya hingga menuju ridho Allah SWT.
Minggu, 11 September 2011
The Old Man and The Sea
Kisah tentang seorang Nelayan Tua bernama Santiago. Lelaki tua itu kurus kering dan noda-noda coklat di kulitnya karena sinar matahari, dan tangan-tangannya yang memiliki banyak parutan bekas luka akibat senar kail. Lelaki tua itu hidup sendiri, dia hanya memiliki seorang teman, anak muda bernama Manolin. Manolin telah menemaninya berlayar sejak masih kecil hingga terjalin persahabatan antara keduanya.Santiago memutuskan kembali berlayar setelah 84 hari berlayar tanpa hasil, 40 hari pertama Manolin setia menemaninya. Tetapi di hari berikutnya orang tua Manolin melarangnya bahkan mengatakan bahawa lelaki tua itu adalah seorang Salao yaitu sebutan yang lebih buruk dari tidak beruntung atau sial.
Rasa sunyi, kesepian dan beratnya perjuangan membuat laki-laki tua itu merindukan sang bocah sahabatnya. Berkali-kali dia berteriak untuk mengusir rasa kesepian dan berulang-ulang dia ucapkan “Andaikan si bocah ada disini”, menunjukkan bahwa si bocah itu tidak hanya seorang teman melainkan seorang sahabat yang begitu perhatian dan peduli padanya. Perjuangan semakin berat tatkala ditengah kegembiraan kailnya disambar ikan besar dia justru terseret laju sang ikan, membawanya semakin jauh ke tengah laut. Usahanya untuk mempertahankan ikan tersebut berbuah lecet, luka dan kram di tangan dan badannya. Sungguh perjuangan luar biasa dan mengiris hati.
Berhari-hari dijalaninya dengan hanya memakan ikan mentah untuk bertahan hidup. Hal ini justru menghadirkan rasa kasih dihatinya pada sang ikan berulangkali dia meminta maaf karena dia terpaksa melakukannya demi hidupnya sendiri. Kesunyian justru menjadikan ikan itu sebagai pengganti teman yang tidak dimilikinya. Rasa bersalahnya semakin besar ketika ikan besar yang telah menyerah harus berhadapan dengan hiu-hiu ganas di laut lepas. Kekuatan dan perjuangannya harus diuji kembali, dengan sisa-sisa tenaganya dihalaunya hiu-hiu itu hingga luka-lukanya tak terasakan lagi. Yang dirasanya malah rasa sesal karena ikan itu pada akhirnya harus tercabik-cabik. Dan dia hanya bisa pulang membawa rangka sang ikan raksasa.
Cerita yang menggambarkan semangat perjuangan yang tinggi dari seorang nelayan tua yang tidak mengenal kata menyerah, di saat situasi yang sulit dia dapat bersahabat dengan alam sekitarnya, bahkan menjadikan hewan buruan sebagai teman, di saat sunyi, sendiri di tengah lautan. Kesabarannya selama berhari-hari dan keyakinannya akhirnya membuahkan hasil di luar perkiraannya. Kesabarannya kembali teruji bertubi-tubi bahkan setelah impiannya memperoleh ikan telah dia dapatkan. Semangat dalam dirinya pantas di tiru siapapun untuk bisa mewujudkan impian yang kita miliki. Kisah ini juga menggambarkan persahabatan yang erat antar dua orang yang berbeda generasi, persahabatan tulus yang mengharukan, persahabatan di kala suka dan duka.Good story....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar